Kamis, 04 Februari 2010

Pelecehan Seksual 19 Mahasiswi Bibelvrow Laguboti


Mahasiswi Demo Sambut TPF HKBP

            BALIGE: Sebanyak 98 mahasiswi melakukan aksi demonstrasi menyambut kedatangan Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk Ephorus HKBP untuk mengungkap kebenaran dan menyelidiki proses terjadinya kasus pelecehan seksual yang mengambil korban 19 mahasiswi Sekolah Bibelvrow Laguboti Kab.Tobasa dilokasi kampus, Kamis (4/2).

            Pengamatan waspada, para mahasiswi melakukan aksi demontrasi dengan membentang beragam poster yang mengecam perbuatan pelecehan seksual dilakukan oknum dosen Pdt SH dan meminta segera digelar rapat pendeta untuk menindak serta mencabut tohonan pendeta tersangka, serta pihak kepolisian diminta menindak tegas secara hukum kepada tersangka oknum dosen Pdt SH

            TPF sempat tertahan dihalaman kampus akibat aksi demosntrasi para mahasiswi namun akhirnya anggota tim perempuan dapat bekerja untuk meminta keterangan para korban pelecehan seksual. Kepada para mahasiswi ,TPF hanya mengatakan hasil kerjanya akan segera dilaporkan kepada Ephorus HKBP lalu secepatnya meninggalkan lokasi kampus.

            Direktur Sekolah Bibelvorw Pdt Manarias Sinaga menjawab pertanyaan waspada mengatakan tim 5 TPF dipimpin Ketua DR.Pdt.Jamilin Sirait (Kepala Departemen Koinonia), bersama anggota Pdt.Donald Sipahutar (Kabiro Personalia), Pdt.P.Sibarani (Preases Distrik IV Toba), Pdt.Debora Sinaga (Preases Humbang Hasundutan) dan Bunga Pola Simanjuntak (Bibelvrow HKBP Pardamean Medan) datang ke-kampus untuk melakukan penelitian kasus pelecehan seksual dengan tersangka oknum dosen SH.

            “TPF sebenarnya sudah datang semalam namun tidak berhasil menjumpai para korban pelecehan seksual karena anggota tim yang datang hanya laki-laki saja tidak ada ikut perempuan, jadi hanya tadi saja mereka berhasil jumpa langsung dengan para korban untuk memintai keterangannya”kata Sinaga.

            Ditanya kapan kasus pelecehan seksual 19 mahasiswi resmi dilaporkan para korban, Manarias Sinaga mengatakan selaku direktur sekolah ini pada mulanya tanggal 19 Januari 2010 menerima laporan secara tertulis dari para korban lengkap diatas materai dan setelah melakukan rapat intern sekolah kata Sinaga, maka besoknya 20 Januari 2010 resmi melaporkan langsung kepada Sekjend HKBP di Pearaja Tarutung.

            Sebenarnya dalam organisasi HKBP tidak pernah dikenal dalam ketentuan peraturannya lembaga TPF seperti ini untuk menyelesaikan kasus-kasus yang diperbuat para oknum pendeta kata Sinaga, harusnya untuk menyelesaikan kasus ini wewenang preases distrik setempat.

            Atas laporan yang diterimanya maka preases distrik setempat menggelar rapat pendeta yang dihadiri para pendeta diwilayah distriknya kata Sinaga, namun dengan ketentuan harus persetujuan Ketua Rapat Pendeta HKBP dan posisi Ephorus HKBP hanya sebatas menerima laporan saja.  

            Harapan para mahasiswi yang telah disampaikan atas dugaan kasus pelecehan sekual ini , hendaknya pimpinan HKBP bersikap tegas untuk menyikapinya dan segera mencabut tohonan pendeta dari tersangka lalu secara hukum diminta pihak kepolisian mengambil tindakan tegas kata Sinaga.